Label

about me (2) CHILDHOOD (1) english (5) family (4) fiction (1) galau (8) gereja (3) jalan-jalan (1) jobseeker (1) junk (5) kuliah (1) memories (9) motivasi (1) prayer (1) quote (5) random (3) skripsi (6) teman (3)

Senin, 08 November 2010

TIDAK ADA YANG ABADI

TIDAK ADA YANG ABADI


Monday, November11' 2010_10.08 AM

Written by Desby Mian Berlianty Pasaribu


Hari ini, tanggal 8 November 2010.. Aku mendapat sebuah pesan singkat pada pukul 5.46 AM yang dikirim oleh Christopher Okto Hutapea, berisikan : “Telah meninggal dunia Ibunda tercinta dari Martin Simanjuntak (Madun).. Tolong kabari yang lain. Tuhan memberkati..” Mengejutkan!! Sungguh, karena aku pernah (dua kali) bertemu dengan Mamanya Bang Madun... Itu ketika dia (terlihat) masih sehat, saat itu ia sedang merayakan ulang tahun yang ke-62 dan Bang Madun mengundang kami (Naposo HKBP Jati Asih) untuk datang kerumahnya. Ia bermaksud untuk memberikan kejutan untuk ibu tercintanya. Sweet sekali, ia berkonspirasi dengan kakak, keponakan, dan bahkan saudara kandung ibunya!! Wanita special baginya (sangat, tiada duanya di dunia ini..). Aku dapat merasakannya, ketika ia memberikan pelukan erat kepada wanita yang selama ini telah merawat dan memberikan kasih sayang sepenuh hatinya kepada dirinya dan kakak-kakaknya.


Ah, tidak!! Aku bahkan belum sempat menyelesaikan cerita mengapa aku hanya terdiam terpaku (tampak seperti orang bengong padahal aku sedang berpikir --masa??!-- meragukan diri sendiri, ini antara ngantuk ato udah lapar ato kedinginan ato apa??) di sofa ruang tamu diantara teman-teman naposo saat aku mendengar sebuah lagu berbahasa batak berjudul Boru Panggoaran yang dinyanyikan oleh Bang Togi dengan cukup baik (aku merasa seolah-olah bokap sedang berbicara kepadaku, memberikan nasehat, menaruh harapannya), melihat wajah Inang itu yang sedikit kebingungan dengan pesta kejutan namun senyum terlukis di bibirnya yang tipis, adegan dimana satu persatu mereka dan kami (sekelompok anak muda yang datang --sepertinya juga sedang kelaparan-- atas undangan putra bungsunya) memberikan kecupan dipipi kiri dan kanan sambil memeluk erat tubuh rentanya dan mengucapkan beberapa kata yang bernada harapan dan doa (seperti kebanyakan ucapan orang-orang kepada seseorang yang sedang berulang tahun), “Selamat ulang tahun Inang, semoga semakin semangat menjalani hidup, terus berbuat kebaikan, menjadi pribadi yang lebih baik, Tuhan Yesus memberkati!”


Terdengar klise memang (karena itu adalah ucapan standar baku orang-orang dalam mengucapkan Birthday’s wishes), tapi itu sungguh tulus (aku yakin Inang bisa merasakannya) diucapkan oleh semua jiwa yang sedang bernaung dalam ruangan yang nyaman, yang muat menampung kami semua sehingga menghangatkan suasana (karena duduk dempet-dempetan) di malam yang dingin setelah hujan mengguyur kota Bekasi seharian.. (aku saja tiba dengan agak basah kuyub di rumah Bang Madun). Itulah, pertama kalinya aku bertemu dengan Inang yang berwajah ramah yang menyapa kami dengan senyuman dan mengamati kami dari bingkai emas kacamata plusnya saat kami secara bringas menyantap makanan dengan lahapnya (sepertinya sengaja gak makan dari rumah biar bisa -you-know-lah-).


Mungkin ia merasa lucu melihat kami makan terburu-buru (Serius!! Beberapa terlihat seperti orang yang sangat kelaparan seakan udah gak makan selama seminggu dan dengan ke-norak-an yang luar biasa terburu-buru menyantap makanan hanya dengan dua atau tiga kali kunyah tanpa napas!! –astaga bikin malu aja!!— Hahaha..). Tapi, siapa yang peduli dengan itu semua?! Kami sedang bersenang-senang bukan?! Kami sedang merayakan suatu kebahagiaan disalah satu perumahan yang terletak di Jaka Kencana!. Inang pun tidak merasa keberatan, ia sungguh terlihat bahagia malam itu (aku rasa ia tidak bisa tidur malam itu karena saking bahagianya..).


Well, pertemuan kedua adalah (dalam suasana dan situasi juga kondisi serta tempat yang kurang --atau agak bisa dikatakan-- jauh dari baik). Kenapa? Karena, aku dan teman-teman naposo menemuinya di rumah sakit dengan kondisinya terbaring tak berdaya berbalut busana rumah sakit pada umumnya namun ia masih dapat tersenyum!!! (itu adalah sebuah sambutan selamat datang yang sangat hangat!!). Dibalik wajah ramahnya, dibalik senyumnya, dibalik kekuatan yang selalu ia tampakkan kesemua orang, ia sakit… sangat sakit hingga tidak dapat berteriak lagi dan (mungkin) hanya menangis dalam doanya yang mengharapkan kesembuhan, yang ingin kembali kerumah lagi, yang ingin segera bermain dan bersantai dengan cucu-cucunya lagi...


Melakukan semua hal yang menyenangkan dihari tuanya, ia pantas mendapatkan itu semua dan untuk semua harapannya karena ia sudah terlalu lelah, karena ia sudah terlalu banyak berkorban dan bekerja keras selama masa mudanya, ia ingin bernapas sekarang… Ia ingin mengecap semua hasil yang telah ia tanam selama ini… Berlebihankah?? Menurutku tidak!! (dan apakah kau setuju denganku?). Ia beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang mengasihi dan menyayanginya sepenuh hati (karena pada kenyataanya banyak orang yang tidak seberuntung dirinya…). Aku seakan berbicara tahu seluruhnya dan telah mengenal lama Inang dari Mamanya Bang Martin... (padahal ketemu juga cuman dua kali), tapi aku rasa tidak perlu harus kenal (artinya sebenarnya perlu juga sih... -_- *gak konsisten!!) selama bertahun-tahun untuk mengerti keinginan-keinginannya (heyy, aku kan juga punya Mama.. jadi aku tahu gimana perasaannya).


Well, apa artinya semua ini? (kenapa selalu nanya itu deh?! Standar banget pertanyaannya!!). Hahaha.. kelamaan terkurung dalam ruangan segi empat kurasa.. (coba cari tahu korelasinya apaan?! Tuing, tuing.. *loncat-loncat teletubbies!!). Gak ada yang abadi di dunia ini, manusia yang berpikiran cukup waras kebanyakan menyebutnya –sementara—. Kamu tahu dan percaya bahwa kita memang gak bisa memprediksi apa yang terjadi sedetik kemudian?!


Kemaren masih segar bugar (dari fitness kayaknya), tiba-tiba hari ini mendadak dangdut – lho, maksudnya sakit—; beberapa menit yang lalu baru aja ketawa terbahak-bahak kemudian sekarang mewek bebek (mungkin habis nonton pilem komedi trus nyambung pilem drama yang pemeran protagonisnya selalu dianiaya oleh antagonis); beberapa jam yang lalu masih bisa meng-sms pacar dengan kata “Sayang, aku kangen kamu Ratih!!,” beberapa detik kemudian bertengkar dan akhirnya putus (kehabisan pulsa kayaknya atau salah kirim sms ke Shinta.. *itu mah pantesan aja!!); baru izin keluar dari rumah naik motor, gak lama kemudian masuk berita di TV dalam acara Bang Napi (habis ditodong perampok trus dibacok –kayaknya terlalu sadis—); bulan ini tokonya baru aja di renovasi besar-besaran, eh tiba-tiba malemnya kebakaran (ada yang lagi masang api unggun lupa dimatiin kale –emangnya lagi kemping?!—); udah belajar semalem suntuk dan bakal ngerasa bisa negrjain soal, tiba-tiba sakit perut pas waktu ujian (habis makan ayam penyet apa yah?!). Kok kayaknya endingnya jelek terus yah?? (biar agak sedikit dramitis).

Serius, iya ini beneran serius.. (plisss banget percaya!!!). Aku sedang tidak melucu (karena aku memang tidak lucu *krikk, krikk.. garing!!). Contoh-contoh diatas tadi itulah yang kumaksud dengan “gak ada yang abadi dan memprediksi apa yang akan terjadi.”


Benar kata manusia (sok gak ngerasa manusia aja?! –jadi apa dong?—), “Hidup ini penuh misteri” (kedengarannya mistis..) tapi begitulah!! Ada pertemuan ada perpisahan, ada tawa ada tangis, ada suka ada duka, ada cinta ada benci, dan ada hidup ada kematian. Semua datang tiba-tiba tanpa ada pengumuman yang seperti di mall-mall klo ada anak ilang dipanggil lewat speker dari ruangan information centre. Gak sama sekali!! Percaya deh!!


Kadang (bahkan selalu!!) kita sulit nerima hal-hal yang seharusnya gak terjadi dalam hidup kita –dalam kata lain hal-hal buruk—. Coba tes nih ya!! (jujur!!) Siapa yang rela ditinggal pacar dan berakhir patah hati? Siapa yang dengan senang hati berantem sama sahabat? Siapa yang heboh waktu tinggal kelas? Siapa yang jungkil balik guling-guling saat dipecat dari pekerjaan yang sangat ia sukai? Siapa yang tertawa ketika kita tahu bahwa orang yang terkasih gak akan bisa kita temui lagi? Klo masih ada, coba tes ke dokter kejiwaan deh!!


Kebanyakan (kayaknya jadi kata favorit yang gak harus menyertakan data statistik empiris dari Badan Statistik Nasional --karena maenannya feeling-- *piling so gut!!) yang psikologisnya mash agak waras dan sehat pasti gak suka hal-hal itu terjadi (Tanya, apakah aku suka hal-hal demikian?? –jawabannya, bikin otak ini panas kayak kompor minyak meleduk mikirin kenapa harus terjadi sih?!!— *simpulkan sendirilah!!). Apa mungkin ini siklus hidup yah?? Entahlahhh…


Beberapa hal di dunia ini memang berada diluar kuasa kita, seperti kelahiran dan kematian.. jelas bukan kita yang mempunyai kuasa (walaupun kelahiran itu adalah ulah manusia dalam semangat menjalankan firman Tuhan untuk memenuhi bumi yang semakin hari semakin gak karuan suhu dan musimnya). Tapi, intinya, pokoknya, kita gak punya kuasa deh! Titik koma jebret.. (hadeuuhh… jadi bingung sendiri jelasinnya secara theologia *eike kan bukan pendeta toh?!). Selesai yah, masalah beranak pinak karena ulah manusia. Kemudian masalah, kematian..


Kebanyakan (itung udah berapa kali kata ini keluar?!) orang takut dengan hal itu. Gak bohong (artinya jujur), banyak hal yang ditakutkan misalnya kekhawatiran siapa yang ngurus (anak-anak masih kecil, istri gak kerja) karena masih banyak tanggung jawab yang harus dijalankan, udah komitmen sehidup semati (jelas ini gak realistis), masih banyak dosa (buru-buru bertobat deh), dll.. yang pada intinya kita (sebagai pihak yang ditinggalkan) akan merasa sangat kehilangan dengan kepergian mereka. Katakanlah bahwa kita menyayangi mereka tetapi Tuhan lebih menyayangi mereka. Gak salah sih, tapi untuk masa-masa awal pasti semua perkataan, support atau apalah sebutannya seperti gak bermakna dan agak sedikit kurang relevan (ini pendapat saya, no offense, please..).


Itu wajar, sangat wajar.. kita kan makhluk yang punya segudang perasaan!! (Seriously, pemikiran itu gak salah), tapi kita gak boleh kelamaan berkabung dalam kesedihan (maaf, saya tahu sulit sekali rasanya) karena hidup terus berjalan dan waktu terus berlalu.. Kita-masih-punya-urusan-dengan-yang-namanya-kehidupan. Kita harus berlapang dada, merenunglah ditempat yang sepi (hati-hati kesambet, jangan dipinggir sungai atau laut *bisa-bisa gak sadar udah menceburkan diri). Aku gak tau mau ngomong apa lagi dan sepertinya juga postingan ini agak kurang bermakna tapi biarlah, aku hanya ingin sedikit bercerita (tapi kayaknya udah kebanyakan).


Jangan bersedih, aku tahu sulit rasanya walau hanya untuk sekedar senyum saja tapi Tuhan telah menyembuhkannya dari penyakitnya dan kamu tidak harus menahan tangis lagi melihat ia menahan sakitnya. Tuhan tahu yang terbaik (maaf, aku memang gak tahu rasanya ditinggalkan tapi tolong percayalah, Bang). Inang pasti senang telah memiliki kesempatan bisa melihat anak-anaknya berhasil, melihat cucu-cucunya yang lucu dan menikmati perayaan ulang tahun (sekaligus terakhir untuknya). Ia pasti sedih jika melihatmu murung terus… Aku tahu waktu hanya sedikit membantu untuk menghilangkan sakitmu, semua berasal dari sebuah benda seukuran kepalan tangan yang berlindung ditempurung kepala kita masing-masing, pikiran kita…


Jika memang benar tidak ada yang abadi, maka kesedihan dan dukapun bukanlah hal yang abadi… dan kelak itu akan berubah menjadi suka cita serta tawa (gak tau kapan, tapi pasti..). Teruslah berdoa kepada Yesus, agar kamu kuat.. Mungkin Mamamu gak bisa melihat siapa calon menantunya nanti, tapi aku yakin ia pasti bahagia dengan pilihanmu..

Be strong and keep in faith!! :D

1 komentar:

  1. Maaf, ada kesalahan tulis:

    Tertulis : November11' 2010
    Seharusnya : November8' 2010

    BalasHapus