Label

about me (2) CHILDHOOD (1) english (5) family (4) fiction (1) galau (8) gereja (3) jalan-jalan (1) jobseeker (1) junk (5) kuliah (1) memories (9) motivasi (1) prayer (1) quote (5) random (3) skripsi (6) teman (3)

Sabtu, 04 September 2010

MEREKA

MEREKA

Written by Desby Mian Berlianty Pasaribu

Saturday, August28’ 2010



Kata-kata indah..

Kalimat-kalimat bijak..

Siapa mereka? Dan dari mana mereka datang? Apakah aku benar-benar mengenal mereka?

Dengan tanpa basa-basi seperti hujan yang turun di siang hari bolong, mereka langsung berkata-kata dengan merangkai huruf-huruf menjadi kalimat yang sangat mempesona.

Menyusunnya sedemikian rupa sehingga membuai pendengaran anak manusia.

Mendadak semesta ternganga atas kecerdasan mereka dalam berkosa-kata melebihi para ahli filsuf.

Malaikat berhenti sejenak dari tarian gempita hendak mendengarkan apa yang dikatakan mereka.

Dan Iblis mengernyitkan keningnya dan menaikkan salah satu alisnya seperti bajak laut karena benar-benar terkejut atas susunan kata-kata indah yang keluar dari mulut manisnya.

Dia telah mendapatkan rival yang setara rupanya.

Rayuan verbal indah yang mendayu-dayu sungguh membuat jantung anak manusia berdebar dan berloncat riuh dari paru-paru sebelah kirinya.

Mereka berhasil mendapatkan tatapan sepasang mata yang paling sendu akibat terpukau dengan kata-kata indah yang mengalir ringan bagaikan angin yang berhembus mengawali musim semi mulai menyelip dari antara daun-daun hijau yang baru saja tumbuh..

Tidak ada yang berusaha menghentikan semangatnya dalam berceloteh ria.

Sehingga beberapa paragraf telah tercipta secara tidak kasat mata memenuhi ruangan bercampur dengan karbon dioksida yang melayang rendah disekitarnya.

Sungguh fantastik! Sebuah pertunjukkan lidah tak bertulang yang patut mendapatkan tepuk tangan berdiri dari seluruh penonton yang hadir.

Ternyata tidaklah percuma pendidikan yang mereka dapat selama ini.

Tapi mereka salah...

Mereka pikir anak manusia itu bodoh dan berotak udang.

Mereka pikir dia terlalu muda dan bukan siapa-siapa.

Mereka pikir dia anak ingusan yang tidak mempunyai pengalaman sama sekali.

Anak manusia itu bahkan bukan salah satu yang masuk dalam hitungan mereka.

Luar biasa hebatnya keterampilan otak kanan mereka.

Penguasaan linguistik yang tak bercela seperti gelas kristal swarovski yang menawan dan berkilauan.

Terpajang kaku pada etalase kaca toko yang membuat semua orang ingin berhenti sejenak dari mengejar waktu untuk memandanginya.

Mereka hanya berbicara!!

Hanya berbicara!! Sebuah usaha untuk menyelamatkan wajah mereka dari ketidakberdayaan dalam aktualisasi rangkaian kalimat indah mereka.

Fakta kosong yang menyakitkan...

Oh tidak, hentikan pandangan itu!!

Anak manusia tidak tahan dengan semua suara-suara itu.

Dia benci mereka. Sungguh dengan sangat!!

Terdengar indah di awal dan ketika pengaruh hipnotis tersebut hilang, tiba-tiba semua menjadi teramat memuakkan!! Anak manusia yang malang...

Ia ingin melarikan diri dan membenamkan kepalanya ke dalam bak mandi untuk mendapatkan sedikit kembali segenggam kesabaran yang telah terlepas.

Bertingkah seolah mereka yang paling mengerti hal yang sedang diperbincangkan.

Seolah yang paling berpengalaman merasakan asam garam kehidupan.

Seolah yang paling mengetahui hubungan sebab akibat fenomena dunia manusia.

Seolah yang paling cerdas dalam memecahkan berbagai kasus yang timbul.

Seolah mereka menaruh simpati dan empati terhadap apa yang anak manusia itu rasakan.

Mereka sungguh benar-benar bertingkah melebihi Tuhan.

Mereka pikir, mereka mengerti apa yang sedang anak manusia gumulkan.

Mereka berpikir anak manusia itu sedang dalam kondisi yang sangat baik.

Mereka melihat dia tertawa dan tersenyum dengan riang dan seolah tanpa beban.

Ternyata kamuflasenya berhasil dengan sempurna.

Anak manusia sebenarnya ingin menangis dengan suara yang paling nyaring dalam satuan desibel.

Tetapi semuanya tertahan di dada karena alam raya tidak mengizinkannya untuk berkabung dalam dukanya... tidak sedetikpun...

Seperti porcelen yang disekujurnya dipenuhi retakan-retakan halus.

Ia terlihat tetap cantik dari luar namun luka bersarang di dalamnya.

Menyedihkan... menyedihkan...

“Tolong”, anak manusia berteriak meringis meminta pertolongan dengan bibir tetap terkatup rapat.

Dalam diamnya, ia tidak sedang melamun, ia hanya sedang berpikir mengenai apa artinya ini semua? Dan untuk apa ini semua terjadi?

Tidak, anak manusia tidak suka melamun dengan kepala kosong...

Dia hanya sedang berpikir dalam kesunyian tanpa ingin diketahui orang lain, mencuri beberapa waktu untuk mencerna itu semua dan sedikit meditasi dengan mata terbuka.

Anak manusia yang ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi dari keramaian kerumunan manusia dewasa yang seperti kanibal...

Ingin meringkuk di sudut ruangan gelap dengan sedikit alunan lagu bernada putus asa sebagai teman dalam percakapan fiktifnya. Sebuah komplementer yang sempurna bagi hari yang mendung.

Terdapat lubang besar dihatinya, yang menyerap keluar sebagian jiwanya.

Meninggalkan ruang hampa dalam roh yang mati rasa...

Mungkin ia akan memutuskan untuk membersihkan kaki, cuci muka dan menggosok giginya.

Bersiap untuk melelapkan dirinya kembali kedalam dunia khayalannya seperti yang biasa ia lakukan.

Tempat terbaik yang dapat ia kunjungi hanya dalam sekali dalam sehari.

Namun sekaligus tempat terburuk ketika ia menyadari bahwa semua hanyalah ilusi belaka.

Rasanya seperti ada yang menancapkan pisau tepat di jantung, menembus barikade tulang rusuk dan menyesakkan rongga dada hingga kesulitan untuk bernapas.

Berharap besok ketika matahari menyapa seperti rutinitasnya pada hari-hari sebelumnya, hal itu berhenti menghatuinya lagi.

Semoga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar