Label

about me (2) CHILDHOOD (1) english (5) family (4) fiction (1) galau (8) gereja (3) jalan-jalan (1) jobseeker (1) junk (5) kuliah (1) memories (9) motivasi (1) prayer (1) quote (5) random (3) skripsi (6) teman (3)

Rabu, 08 September 2010

CAECILIA DEBORA PASARIBU

CAECILIA DEBORA PASARIBU

Written by Desby Mian Berlianty Pasaribu

Tuesday, September7’ 2010_ 2.37 PM


Aku tiga bersaudara, aku adalah anak pertama dari keluarga Pasaribu. Well, adik pertamaku bernama yang telah disebutkan diatas. Tahun ini, ia genap berumur 19 tahun pada bulan Januari lalu, hanya berbeda 2 tahun lebih muda denganku. Hmmm... agak beda memang wanita yang satu ini. Dirumah kami, yang memiliki huruf depan C hanya anak ini saja. Lihat saja huruf depan namaku (Desby) sama dengan huruf depan nama Mama (Dormi) dan adikku yang laki-laki (Amstrong) huruf depannya sama dengan huruf depan nama Papa (Arifin). Aku dan adik laki-lakiku suka mengecengin sesil (panggilan rumah) dengan memanggilnya “Cina” atau mempelesetkan namanya menjadi “Cao Cilia” karena ia yang memiliki kulit paling putih diantara para penghuni rumah bercat putih di Bekasi tersebut. Ia suka kesal dengan sebutan itu dan mengadu ke Mama dan akhirnya aku dan adik laki-lakiku itu mendapati pelototan setajam silet dan nasehat tiada henti dari Nyonya besar.

Namun kami tetap saja terus memanggilnya dengan pelesatan tersebut sambil tertawa terbahak-bahak jika ia sudah mulai cemberut melihat tingkah kami. Mama bilang nama itu adalah pemberian darinya, jadi sejarahnya dulu ketika Mama masih dalam masa kesusteran (dulu ia Khatolik dan hampir menjadi biarawati, untung bertemu dengan pria tampan dengan senyuman maut yang meluluhkan hatinya yaitu pria yang sekarang aku sebut Daddy) ia dibimbing oleh seorang suster berkewarganegaraan Belanda yang sangat baik bernama Suster Caecilia, Mama merasa sangat berutang budi sekali dengan wanita bule dengan mata sebiru langit tersebut sehingga untuk mengenang kebaikannya ia bermaksud mengabadikannya dengan memberi nama yang serupa untuk anak keduanya. Caecilia berarti orang kudus, klo Deboranya saya kurang paham.

Dulu, waktu kami masih tinggal di Sumatera Utara tepatnya Sidikalang, ketika aku berumur 4 tahun dan adikku berumur 2 tahun. Ia pernah terjatuh dari tempat tidur karena tergeser oleh Papa yang tidurnya sangat pulas sedangkan anak ini lasak sekali (bergerak terus), ketika ia terjatuh ia tidak menangis sama sekali hanya terdiam dan tidak bergerak sedikitpun, ketika Papa menyadari anaknya tidak berada disampingnya lagi dan mendapati ia sedang tergeletak dilantai dengan posisi badan tengkurap tak bergerak. Papa sangat panik, sungguh sangat panik. Ia mulai berpikir yang bukan-bukan, ia berpikir bahwa anak keduanya tidak bernyawa lagi. Kemudian ia berlari sekuat tenaga mencari tetangga yang saat itu terkenal sebagai ahli urut, sedangkan mama sedang bertugas menjaga toko obat. Mereka berdua menjadi sangat khawatir dan air mata mengalir lambat di wajah Papa saat itu. Ia merasa sangat bersalah karena lalai mengawasi buah hatinya. Setelah mendapatkan urutan barulah anak ini mengeluarkan suara tangis melengking yang sangat memekakkan dan perasaan lega mengisi relung hati mereka sebuah tanda bahwa anak ini masih hidup. Diantara kami bertiga anak ini yang paling lama tidak memiliki rambut, sampai umur 3 tahun masih botak! Ajaib!! Sehingga Mama setiap hari mengoleskan minyak kemiri kekepala anak ini berharap akan mujarab menumbuhkan beberapa helai rambut ditempurung otaknya yang berkilau dan berhasil. Buktinya sekarang rambutnya malah yang paling lebat diantara kami bertiga.

Ia adalah anak tengah dan entah mengapa ia yang paling dewasa diantara kami bertiga. Aku bahkan masih sering melakukan kekonyolan yang tidak pada tempatnya sedangkan, anak ini bertingkah dengan sangat wajar (menurut teoriku sesuatu yang berlebihan berarti kebalikannya). Papa sering menganggap adikku ini lebih pandai dariku dan overestimate atas dirinya. Bayangkan saja selama masa SMA ia selalu juara kelas bahkan juara umum disekolahnya yang terletak di Jakarta Timur sedangkan aku menunjukkan degradasi prestasi yang sangat kontras karena aku tidak pernah menjadi juara kelas apalagi juara umum (boro-boro...) bahkan selalu remedial dalam pelajaran IPA terutama Fisika (tidak pernah terlewat sekalipun) dan pernah menduduki peringkat 39 dalam ujian Kimia dari 40 anak, padahal aku jurusan IPA (memalukan sekali..). Sepertinya alasan Papa sangat berdasar jika melihat secara statistik progress akademis kami. Aku bahkan tidak tahu secara pasti berapa kali anak ini berpacaran, terakhir yang aku tahu dari adikku laki-laki ia pernah pacaran dengan cowo yang beda prinsip dan seminggu kemudian mereka putus. Wow, hubungan kilat rupanya! Anak ini adalah seorang yang paling betah menyembunyikan rahasia dari keluarga termasuk kepada orang tua, pernah waktu itu ia menerima beasiswa berprestasi dari sekolahnya dan ia baru memberitahu Mama dan Papa 2 bulan kemudian!! Gila! Klo aku, biasanya pada saat apply berkas beasiswa saja aku bercerita kepada mereka walaupun belum tentu pada akhirnya diterima dan kebanyakan memang menuai kecewa.. T_T Dan jika aku disuruh memilih untuk menceritakan rahasiaku dari antara miliaran manusia yang memadati planet ke tiga dari susunan tata surya ini, aku akan memilih adikku ini.

Ya, adikku ini memang agak tertutup untuk hal-hal demikian entah dari mana sifat itu menurun kepada anak ini. Ia selalu menyukai jenis musik yang aku suka, ketika aku sangat menyukai COLDPLAY dan ia mendengarkannya kemudian ia menyukainya, ketika aku sedang tergila-gila dengan THE CRANBERRIES maka virus itu juga menginfeksinya, ketika aku tanpa hentinya memutar satu album KEANE melalui MP3 handphoneku tak lama kemudian aku mendapati ia sedang asik mendengarkan lagu-lagu tersebut dari handphonenya, dan ketika aku terus menerus bersenandung Positiviy-SUEDE, tanpa sepengetahuanku ia telah bergerilya mencari lagu-lagunya yang lain dengan browsing di internet. Namun ia juga memiliki koleksi lagu lain seperti band-band lokal dengan musikalitas rendah yang banyak bermunculan bagaikan daun bertaburan mengotori halaman rumah, mereka bernyanyi dengan lirik yang membangkitkan hasratmu untuk mengeluarkan seisi makanan dari dalam perutmu, aransemen instrumen yang kehilangan harmonisasi dan telah memporak-porandakan standar internasional komposisi seni berkualitas tinggi yang telah disepakati oleh para komposer dunia, hingga vokalitas yang terlalu dipaksakan seakan sedang konstipasi. Aku suka marah jika anak ini mulai memainkan lagu-lagu mereka dari MP3 handphonenya dan dengan seketika merampas dan menggantinya dengan lagu-lagu Band Inggris kesukaan kami.

Banyak orang menyebut kami sangat berbeda dari penampakan wajah, ia terlihat lebih dewasa daripada aku sehingga banyak yang mengira bahwa ia adalah kakakku apalagi tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku (lekap sudah kenistaan seorang kakak). Para manusia awam tersebut selalu berkata, “Kalian gak mirip ya?! Beda banget..!!!” Aku membatin sambil tersenyum paksa mendengar komentar yang tak berlandaskan konsep teori dan pemikiran yang tidak memakai rasional tersebut “Hellooo, yes-iyeslah, kamikan bukan kembar identik saudara-saudara sebangsa dan setanah air satu!!!” Padahal dulu ketika kami masih tinggal di Cilandak, Jakarta Selatan selama 8 tahun karena jarak usia kami tidak terlalu jauh, ia sering membelikan pakaian yang sama persis untukku dan adikku ini dan hanya dibedakan warnanya saja. Kembali ke memori belasan tahun yang lalu , ketika kami masih sangat imut nan lucu, ketika semua tetangga masih gemas melihat anak manis yang selalu terlihat rapi tersebut karena ibu mereka suka mendandani anaknya sehingga menjadi primadona lingkungan, mereka menganggap kami kembar lho!!!

Aku belum punya analisis yang pasti dari mana datangnya bakat mengenai manajemen keuangan dalam diri anak ini. Bagiku ia adalah bank berjalan dengan pinjaman tanpa bunga. Ya, dia sering menyebutkan aku boros dan aku tidak sedang menyalahkannya namun bagaimana lagi, toh aku juga mengeluarkan uang untuk kepentingan kuliahku. Salahkah? Papa dan Mama juga sering meminjam uang anak ini untuk keperluan tambahan dana segar dalam masa urgent dan kritis. Ia memang malaikat penolong dalam keluarga. Satu hal lagi yang talenta anak ini miliki adalah ternyata ia suka berorganisasi bahkan terlibat dalam BEM Universitasnya, Politeknik Negeri Jakarta. Ia sibuk sekali, sering kali ia pulang kostan malam padahal jadual kuliahnya hanya sampai jam 1 PM. Namun, ia berhasil mengejutkan seisi jiwa yang menaungi salah satu rumah yang bercat putih di pinggiran Bekasi dengan IP pada semester satu yaitu 3,70. Astaga, aku saja belum pernah merasakan sensasi memiliki Indeks Prestasi yang setinggi itu (lagi-lagi membuka aib diri dengan sangat sadar..).

Dirumah terdapat pembagian pekerjaan rumah karena kami tidak menyewa pembantu lagi (sebenarnya merasa trauma akibat perilaku pembantu zaman sekarang yang banyak maunya dan banyak tingkahnya bahkan lebih dari majikan). Pekerjaan yang ia sukai adalah mengepel dan menyeterika baju seminggu yang telah terisi dua keranjang penuh menjulang sambil mendengarkan MP3. Karena menurutnya mengepel itu lebih mudah dari pada menyapu yang mana harus dilakukan berulang kali karena debu yang sangat halus dan ringan suka beterbangan kembali jika ada sedikit angin masuk. Untuk masalah seterika ia menggunakan azas kenyamanan karena ia hanya duduk tanpa harus berpindah tempat sambil sesekali meneguk teh botol kesukaannya dan menyetel MP3 handphonenya. Jika sedang menyukai satu lagu tertentu, ia akan mensetting MP3 handphonenya menjadi single sehingga satu lagu itu akan terulang terus menerus secara otomatis. Satu band lokal yang sangat ia sukai adalah Sheila On 7, tidak terlalu buruklah dibandingkan dengan Kangen Band atau Armada (tidak, bahkan lagu mereka ada dalam list MP3nya!!!!). Pada dasarnya ia agak introvert. Anak ini selalu mendatangiku jika ingin membuat kalimat bahasa inggris, padahal ia bisa!!!

Ia suka memberikan kejutan-kejutan kecil seperti tiba-tiba saja membelikan aku sebuah satu stel pakaian untuk magang, membawakan makanan dari acara kampusnya untuk dimakan bersama, membelikan Mama masker kain bermotif, membawakan Papa sebuah kemeja Batik, dan meminjamkan buku senior untuk adik laki-lakiku, Jekky. Ia anak yang baik, namun sangat lemah. Ketika SMA dulu ia sering mengeluh pusing dan paru-paru sebelah kirinya sakit apabila sedikit kelelahan, kemudian Mama melarikannya ke Rumah Sakit yang mengharuskan dirinya mengonsumsi obat Jantung. Sekarang keadaannya sudah sangat baik, ia tidak pernah mengeluh sakit lagi kecuali periode bulanannya datang pada hari pertama (ini tentu kasus yang berbeda). Ia bercita-cita dalam waktu dekat ini akan segera melanjutkan ekstensinya untuk mendapatkan gelar sarjana Strata-1 segera setelah ia lulus pada tahun 2012 nanti di Universitas Indonesia, sehingga uang mingguan kostan ia pergunakan dengan sangat hemat karena ingin mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya. Ia juga ingin sekali memiliki laptop seperti kepunyaanku makanya ia meniru tingkahku yang memaksa dirinya lebih berhemat lagi, tapi ia sudah bilang padaku jika aku telah lulus kuliah maka laptopku itu akan aku pinjamkan full kepadanya (takut didahului oleh adikku yang laki-laki).

Aku membeli laptopku dengan kumpulan uang mingguan kostan yang diberikan Papa, selama 3 semester aku hidup pada garis kemiskinan yang jika digambarkan dengan kurva berdasarkan kuantitas makan perhari aku jelas pada posisi sumbu Y bawah yaitu minus. Aku tahu, anak ini diam-diam mengidolakan kakak perempuannya yang konyol, teledor, berantakan dan sering bertingkah seperti anak keterbelakangan mental ini. Ia merasa bahwa dibalik ketidakberesannya, ia memiliki semangat dan mimpi yang besar. Dulu aku tersentak dengan quote yang diucapkan oleh Anggun C. Sasmi (seorang penyanyi internasional asal Indonesia yang sekarang menjadi warga negara Perancis dan tinggal menetap di negara pusat mode tersebut), dahulu ayahnya pernah berkata yaitu “Jika kamu punya mimpi, bangun!!! Jangan kembali tidur.” Kalimat itu aku tulis dilangit-langit tempat tidurku sebagai motivatorku untuk menghadapi sebuah ujian terpenting penentu hidup dan gengsiku, yang menelan semua keinginan hasrat sosialku untuk berinteraksi dengan manusia lain dan tenggelam dalam buku-buku selama 15 jam perhari selama 6 bulan penuh. Setelah aku lulus dalam ujian yang sangat penting tersebut, maka saatnya anak ini untuk menghadapi ujian yang sangat penting itu dan kemudian mengikuti cara kakaknya terdahulu (karena dinilai sukses) dengan menuliskan quote dari penyanyi fenomenal yang sekarang telah menjadi ekspatriat dengan kulit eksotis ala kebanyakan orang Asia Tenggara tersebut di atas tempat tidurnya sehingga jika ingin tidur ketika berbaring maka ia akan langsung mendapati tulisan itu tepat berada di atas kepalanya dan sedang berkata, “Jika kamu punya mimpi, bangun!!! Jangan kembali tidur.” Sering sekali ia memakai baju-bajuku terlebih pada hari Minggu jika akan berangkat kebaktian di Gereja dan aku agak sedikit kesal, jika ia dan aku mempunyai pikiran yang sama akan memakai pakaian apa dan aku mendapatinya sudah memakai pakaian yang baru saja aku batinkan. Kata Mama itu bumbu-bumbu dalam bersaudara kandung. Terkadang ia lebih berpikir panjang dariku. Sungguh bakat alami yang luar biasa. Bagaimanapun nakal, culas dan cueknya dirinya, walaupun aku tidak pernah mengucapkannya jauh dilubuk hatiku aku sayang dan mencintainya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar